Tren Wisata 2025: Desa Wisata dan Eco-tourism Semakin Diminati

Bagikan

Industri pariwisata terus berkembang, mengikuti perubahan gaya hidup dan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan. Memasuki tahun 2025, desa wisata dan eco-tourism atau wisata berbasis ekologi menjadi dua tren utama yang mendominasi pilihan wisatawan.

1. Desa Wisata: Kembali ke Akar Budaya dan Kearifan Lokal

Desa wisata tidak hanya menawarkan panorama alam yang asri, tetapi juga menyuguhkan pengalaman budaya otentik. Wisatawan kini lebih tertarik pada interaksi langsung dengan masyarakat lokal, belajar tentang adat istiadat, kuliner khas, hingga kesenian tradisional.

Program-program seperti homestay, live-in culture, dan wisata edukatif turut mendorong pertumbuhan desa wisata. Pemerintah daerah bersama Kementerian Pariwisata pun semakin aktif melakukan pelatihan dan promosi untuk mendukung potensi desa wisata unggulan.

Beberapa desa wisata yang diprediksi akan naik daun di 2025 antara lain:

  • Desa Wisata Nglanggeran (Yogyakarta)
  • Desa Penglipuran (Bali)
  • Desa Tetebatu (Lombok Timur)
  • Desa Candirejo (Magelang)
  • Desa Tembi (Bantul)

2. Eco-tourism: Wisata Ramah Lingkungan Makin Jadi Pilihan

Tren eco-tourism tumbuh seiring meningkatnya kesadaran global akan isu perubahan iklim dan pentingnya pelestarian alam. Wisatawan mencari pengalaman liburan yang tidak merusak lingkungan, seperti trekking di hutan hujan tropis, mengunjungi taman nasional, atau tinggal di eco-lodge yang menggunakan energi terbarukan.

Eco-tourism menekankan prinsip konservasi, edukasi, dan partisipasi masyarakat lokal. Aktivitas seperti penanaman pohon, beach cleanup, hingga edukasi lingkungan kini banyak ditemukan dalam paket wisata berkelanjutan.

Destinasi eco-tourism unggulan di Indonesia yang patut diperhatikan di tahun 2025:

  • Taman Nasional Komodo (NTT)
  • Taman Nasional Tangkoko (Sulawesi Utara)
  • Taman Nasional Way Kambas (Lampung)
  • Raja Ampat (Papua Barat)
  • Kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo (Surabaya)

3. Peran Digital dan Promosi Lokal

Kehadiran media sosial, travel blog, dan platform digital seperti Google Maps dan TikTok turut berperan dalam menaikkan popularitas desa wisata dan destinasi eco-tourism. Selain itu, promosi berbasis komunitas dan cerita otentik dari para wisatawan menjadi kekuatan utama dalam menarik minat kunjungan.

Pemerintah, pelaku wisata, dan masyarakat lokal didorong untuk berkolaborasi dalam menciptakan branding yang kuat dan berkelanjutan, agar desa wisata dan destinasi eco-tourism tidak hanya ramai sesaat, tetapi juga berdaya jangka panjang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *