Industri pariwisata Indonesia terus berkembang seiring dengan peningkatan infrastruktur transportasi. Pada tahun 2025, beberapa bandara baru mulai beroperasi, membuka akses ke destinasi wisata yang sebelumnya sulit dijangkau. Langkah ini tidak hanya memperkuat konektivitas antarwilayah, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.
1. Bandara Dewandaru, Karimunjawa
Bandara Dewandaru di Pulau Kemujan, Karimunjawa, resmi beroperasi kembali mulai 4 Juli 2025. Maskapai Susi Air akan melayani rute Yogyakarta–Karimunjawa dan Semarang–Karimunjawa dengan frekuensi tiga kali seminggu (Jumat, Minggu, dan Senin). Bandara ini sebelumnya sempat tidak aktif karena berbagai kendala teknis dan rendahnya jumlah penumpang. Dengan dibukanya kembali jalur udara ini, akses menuju Karimunjawa kini lebih mudah dan cepat dibandingkan transportasi laut yang tergantung cuaca. Ini sangat signifikan bagi wisatawan yang mencari liburan singkat namun eksotis. Pembukaan bandara Dewandaru diharapkan meningkatkan jumlah kunjungan ke Taman Nasional Karimunjawa, mendorong pertumbuhan homestay, dive center, serta memperkuat ekonomi masyarakat lokal yang sebagian besar menggantungkan hidup dari sektor pariwisata dan kelautan.
2. Bandara Notohadinegoro, Jember
Pemerintah Kabupaten Jember menginisiasi kembali pengoperasian Bandara Notohadinegoro untuk penerbangan komersial tanpa menggunakan dana APBD. Strategi ini dilakukan melalui kerja sama dengan operator swasta dan BUMN untuk mengoptimalkan potensi pariwisata serta industri pertanian di wilayah timur Jawa. Bandara ini akan menjadi pintu masuk utama menuju kawasan wisata seperti Taman Nasional Meru Betiri, Pantai Papuma, dan perkebunan kopi yang mulai dikenal dunia. Diharapkan, wisatawan domestik dan mancanegara kini bisa langsung mendarat di Jember tanpa harus transit melalui Banyuwangi atau Surabaya. Bandara Notohadinegoro akan membuka peluang kerja di sektor transportasi dan jasa wisata serta memperkuat branding Jember sebagai destinasi unggulan Jawa Timur bagian timur.
3. Bandara Dhoho, Kediri
Bandara Internasional Dhoho di Kediri merupakan proyek kebanggaan yang sepenuhnya dibiayai oleh sektor swasta, yakni Grup Gudang Garam. Bandara ini resmi mulai beroperasi sejak 5 April 2024, namun geliat pariwisata baru terasa di awal 2025 seiring bertambahnya rute domestik dari maskapai nasional. Berlokasi strategis di antara Kediri, Tulungagung, dan Blitar, bandara ini memperpendek waktu tempuh ke destinasi wisata populer seperti Gunung Kelud, Monumen Simpang Lima Gumul, dan kawasan heritage Blitar. Kapasitas penumpang bandara yang mencapai 10 juta orang per tahun memberikan peluang besar bagi pengembangan sektor MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition) dan pariwisata keluarga. Keberadaan bandara ini juga memberi multiplier effect bagi ekonomi lokal, khususnya UMKM dan perhotelan.
4. Bandara Internasional Nusantara (IKN), Kalimantan Timur
Menyambut perpindahan ibu kota negara ke Kalimantan Timur, Bandara Internasional Ibu Kota Nusantara (IKN) dibangun dengan fasilitas VVIP dan runway modern. Meski hingga Mei 2025 bandara ini belum membuka penerbangan reguler, pembangunannya telah rampung pada sisi darat dan udara. Bandara ini menjadi simbol kesiapan IKN sebagai pusat pemerintahan dan destinasi baru investasi dan pariwisata. Ke depan, bandara ini diprediksi akan membuka jalur langsung dari Jakarta, Surabaya, hingga Singapura. Akses udara ke IKN akan membuka peluang wisata berbasis edukasi, teknologi, hingga ekowisata Kalimantan yang belum tergarap maksimal. Potensi kawasan seperti Sungai Mahakam, Bukit Bangkirai, dan wisata budaya Dayak akan mendapatkan limpahan manfaat dari kehadiran bandara ini.
5. Bandara yang Kembali Berstatus Internasional di 2025
Berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 26 Tahun 2025, tiga bandara Indonesia kembali ditetapkan sebagai bandara internasional, yaitu Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang), Bandara H.A.S. Hanandjoeddin (Belitung), dan Bandara Jenderal Ahmad Yani (Semarang). Status internasional memungkinkan maskapai asing membuka rute langsung ke kota-kota ini, memperpendek waktu tempuh wisatawan dari luar negeri. Di Palembang, peningkatan ini diproyeksikan meningkatkan kunjungan wisata ke Jakabaring, Benteng Kuto Besak, hingga Musi River Cruise. Sementara di Belitung, status ini mendukung branding geopark global dan wisata bahari kelas dunia. Semarang juga akan diuntungkan karena menjadi pintu masuk utama ke Candi Borobudur, Kota Lama, dan berbagai atraksi Jawa Tengah. Ketiga kota ini kini memiliki peluang lebih besar untuk bersaing dalam pasar pariwisata global.
Dampak Positif terhadap Pariwisata dan Ekonomi Lokal
Pembukaan bandara baru dan peningkatan status internasional bandara yang ada membawa berbagai dampak positif, antara lain:
- Peluang Investasi: Infrastruktur bandara yang memadai menarik investor untuk mengembangkan bisnis di sektor pariwisata dan pendukungnya.
- Peningkatan Kunjungan Wisatawan: Akses yang lebih mudah ke destinasi wisata mendorong peningkatan jumlah wisatawan domestik dan mancanegara.
- Pertumbuhan Ekonomi Lokal: Meningkatnya kunjungan wisatawan berdampak pada pertumbuhan sektor ekonomi lokal, termasuk perhotelan, kuliner, dan kerajinan tangan.
Pembukaan dan pengembangan bandara baru di Indonesia pada 2025 memainkan peran penting dalam mendorong pertumbuhan sektor pariwisata dan ekonomi lokal. Dengan akses yang lebih mudah ke berbagai destinasi, diharapkan terjadi peningkatan kunjungan wisatawan dan peluang investasi di daerah-daerah tersebut.